Monday, July 13, 2009

Suhu Ekstrim di Jogja

Yogya Dibekap Suhu Dingin

Albar, Kontributor INILAH.COM
30/07/2008 - 22:01

INILAH.COM, Yogyakarta � Wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya dibekap perubahan suhu yang ekstrem. Jika arus politik mengalirkan udara panas, musim kemarau justru menghasilkan angin dingin. Siang hari bisa sampai 34 derajat Celcius.

Warga Yogya dan daerah sekitarnya dimintai mewaspadai perubahan siklus udara ini. Lebih-lebih di malam hari, di mana suhu bisa makin tak bersahabat, yakni berkisar 18-20 derajat Celcius.

Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta. Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Yogyakarta Tyar Prasetyo mengatakan, meski perubahan suhu ekstrem itu hanya berlangsung sesaat, warga tetap perlu mengantisipasi karena mengusik kenyamanan dan bisa mengganggu kesehatan.

"Angin kencang dan udara dingin menggigit. Perubahan ekstrem ini jelas harus diantisipasi. Kami menjelaskan kondisi iklim ini agar masyarakat tidak kaget," kata Tyar.

Menurut Tyar, suhu yang cukup ekstrem di wilayah Yogya dan sekutarnya ini bakal berlangsung dua-tiga bulan. Dimulai akhir Juli hingga pengujung September.

Suhu udara yang sangat dingin ini, lanjut Tyar, dipicu angin yang bertiup dari tenggara, khususnya dari Benua Australia yang saat ini baru memasuki musim dingin sehingga berimbas ke Yogya dan sekitarnya.

"Semua ini dampak dari musim dingin yang sedang terjadi di Australia. Angin yang terbawa ke Indonesia mengalirkan suhu yang cukup dingin," kata Tyar.

Dengan kondisi cuaca yang sangat ekstrem ini, ungkap Tyar, masyarakat diminta lebih waspada karena sangat rentan terhadap penyakit. Khususnya pada balita dan orang yang punya alergi terhadap udara dingin.

Selain itu, warga Yogya dan sekitarnya juga diingatkan bahwa musim kemarau kali ini berpotensi menyuburkan penyebaran berbagai penyakit.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY dr Bondan Agus Suryanto menjelaskan hal itu kepada wartawan, Rabu (30/7). Perubahan cuaca ini, katanya, bisa menyebarkan berbagai penyakit terkait infeksi saluran pernapasan atas (Ispa), diare, penyakit mata, dan hepatitis A.

Bondan menyebutkan, data terakhir menunjukkan, persebaran hepatitis A di Kabupaten Sleman mencapai 200 kasus. Di Kota Yogya 65 kasus dan Kabupaten Bantul 14 kasus.

"Walaupun hepatitis A bukan penyakit mematikan, tetap harus jadi perhatian serius karena menyerang pada kalangan pelajar dan mahasiswa," ungkap Bondan.

Penularan penyakit hepatitis A, menurut Bondan, terbilang mudah dan cepat. Itu karena faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi kalangan pelajar dan mahasiswa yang kebanyakan jajan di warung atau pedagang kaki lima. [I3]

Sumber : www.inilah.com

1 comment:

  1. sekarang malah kebalik.. jogja diserang panas yang hampir 39 derajat celcius

    ReplyDelete

TeRiMa KaSiH YaW BWaT CoMMeNTNYa